Education is not preparation for life; education is life itself.
Masing-masing pribadi memiliki motivasi yang berbeda untuk mencapai apapun yang diinginkannya.
*2007*
Kala itu, aku berseragam merah putih dengan kaos kaki kedodoran, sepatu yang agak berdebu dan rambut yang dikuncir yang jelas memperlihatkan betapa jenongnya dahi gadis belia setengah javanese dan Flores ini . Seorang guru muda ditemani ibu guru kami memasuki ruangan kelas. Rok ibu itu mini, tak pernah kulihat yang seperti itu dikehidupan nyata selain yang di TV. Singkat cerita, Ibu guru kami memperkenalkan namanya, rupanya Ia bernama Ibu Riana. Ia guru bahasa Inggris. Saat itu, mendengar "bahasa Inggris", hatiku berdecak kagum. Bagaimana tidak? bahasa asing ini adalah yang sangat ingin kupelajari semenjak saudaraku sering memutar lagu-lagu Westlife di playlistnya. "To see you once again my love, overseas from coast to coast" atau "If I let you go.. day after day..." atau "I lay my love on you, it's all I wanna do..". Tentu saja lirik lagunya tak benar-benar seperti itu. Dulu, aku mencatat lirik lagunya lurus-lurus saja seperti apa adanya yang kudengar. Misalnya, "Tu si yu wans egen, mai love, oversis from kos to kos..." begitulah. Bagian menyenangkannya, aku bernyanyi di depan teman-temanku. Meski sama-sama bocah kelas 3 SD di tahun 2007, mereka memujiku karena bisa bernyanyi lagu bahasa Inggris, tak peduli meskipun lirik lagunya salah atau benar, yang mereka nilai adalah caraku menadakan artikulasinya yang mirip bule-bule xD.
Kembali ke Ibu Riana. Sesaat setelah perkenalan nama, Ia mengajari kami cara memperkenalkan nama dalam bahasa inggris secara sederhana, yakni cukup menyebutkan "My name is..., I come from... and I want to be a....". Tak lama berselang, satu per satu dari kami dipanggil maju kedepan dan memperkenalkan diri. Harus kuakui, lidah teman-temanku saat menguapkan, "My name is and etc sangatlah kaku. It sounded like "mai nem is.. ai kom from.. ai won tu be e...." . Kami sekelas menertawakan satu sama lain. Saat giliranku, aku menyebutkannya dengan baik-baik saja, bahkan kata Ibu Riana, pengucapanku adalah yang lebih baik, namun.. begitu aku menyebutkan "I want to be teacher" dahi guru muda itu agak berkerut, Ia bertanya dalam hati apa gerangan yang coba kukatakan. Kuulangi lagi, "ai want tu bi teacher", caraku menyebutkan kata "teacher" adalah lurus-lurus seperti pengucapam kata bahasa Indonesia, yakni "teacer", saat Ia menyadari maksudku, kami pun tertawa bersama-sama sembari dia memberi saran mengenai pengucapan yang tepat.
Seminggu berlalu bersama Ibu Riana, kami sudah belajar tentang angka, bulan, hari, tahun, anggota keluarga, warna dan kosa kata sederhana. Semua tampak baik-baik saja hingga suatu ketika, Ibu Riana pindah tanpa sebuah pamit terucap, dan akhirnya kami kembali ke hari-hari kami tanpa pelajaran bahasa Inggris, sebab SD kami tak punya guru bahasa Inggris.
*Lulus SD*
Ayahku adalah seorang pengawas sekolah. Saat aku lulus SD, dia membeli laptop, modem dan printer untuk kebutuhan pekerjaannya. Inilah awal mulanya aku semakin tergila-gila dengan bahasa asing ini. Setiap hari, aku rajin mencari lirik lagu-lagu barat untuk lebih lanjut kuhafal dan bisa kunyanyikan dengan rasa senang dan bangga.
*2020-2021-still counting*
Sekarang, bisa jadi, aku menjelma menjadi Ibu Riana yang mengajar bahasa Inggris, bedanya aku guru les privat bukan guru di sekolah hehehe. Menurutku mempelajari bahasa asing di jaman ini bukanlah hal yang sulit. Di beragam platform media sosial , ada banyak sekali orang pintar yang baik yang berbagi materi berbahasa asing, tips bahkan trick untuk menguasainya. Even better, Corona indirectly has been facilitating us to learn something easily through online platforms. Begitu banyak video yang berbagi idioms bahasa asing, daily phrases dan lainnya. Belajar menjadi semakin unlimited. Banyak penawaran jasa kursus online dan juga offline bertebaran di linimasa kita dengan masing-masing keunggulannya. Well, for me, it goes normal. Aku juga merintis wadah pembelajaran bahasa inggrisku sendiri sejak 2020 hehehe. Namanya RNR. Pemilihan nama RNR berangkat dari kesadaranku dengan namaku sendiri. RNR stands for Rann Not Run. "Rann" is pronounced in Bahasa. Many friends joke about its pronunciation. The way they pronounce "Rann" sounds like "Run" which is an English word. Now, Dearest reader, you got the point?
By the way, back to the main topic; Belajar itu UNLIMITED, I would like to welcome you untuk menjadi member dari RNR English Tutoring. Di sini, kamu akan belajar tidak hanya seputar keterampilan bahasa Inggris tetapi juga sejarahnya dan pengetahun-pengetahuan umum terkait yang tentu saja bermanfaat untuk pendidikanmu. RNR is available untuk kelas daring dan luring tergantung permintaan murid. Well, tentu saja untuk yang di luar kota Ende, kelas yang disarankan adalah daring yah :)
Kebiasaanku saat mengajar adalah, aku tidak akan menjadi grammar Naazzzii yang langsung memarahi saat kamu salah menyebutkan suatu kata atau ungkapan bahasa Inggris, Kenapa? karena Bahasa Inggris juga bukan mother tongue-ku. Aku senantiasa memposisikan diri sebagai Pelajar yang terus belajar, sekalipun sudah menyandang gelar Sarjana Sastra Inggris. Belajar di RNR denganku akan memberikanmu atmosfir belajar yang menyenangkan seolah tutornya adalah teman sebaya, tetap tanpa dibatasi untuk berkreasi sebisa mungkin yah. Next time akan kuposting testimoni murid-muridku yang belajar di RNR, hopefully itu bisa menginspirasi kamu untuk bergabung di RNR atau dengan wadah pembelajaran bahasa asing lain yang kamu minati. Belajar itu UNLIMITED.
Feel free untuk diskusi lebih lanjut :)
Terus berkarya. Salam